Image Slider
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5

LAB AND LOUD: 2 PANGGUNG DALAM SATU GIGS, KENAPA TIDAK?

Trees Live at Lab and Loud, 29/9/24. Foto oleh: Dufan

Pada akhir September 2024, Kota Solo menjadi saksi sebuah eksperimen musik yang tak biasa. Lab and Loud, sebuah gigs musik yang digagas oleh City of Laboratory, membawa warna baru dalam dunia musik lokal. Dengan menggandeng Hetero Fest, acara ini berlangsung selama dua hari penuh, 28 hingga 29 September, dan menjadi kolaborasi yang merubah wajah konsep gigs di Kota Solo.

Di hari pertama, penonton disuguhkan dengan penampilan solois asal Solo bernama Ijad Maulana yang tampil intim dengan lagu-lagunya di album Hujan Lambat. Setelah itu, band muda penuh potensi yang dikenal lewat lagu hits mereka “Untuk Apa” dan “Semestaku” datang meromantisasi(anjay) hari pertama. Traffic Jam yang pada saat itu tampil dengan format akustik, tidak mengurangi sedikitpun kualitas musik dan aksi panggung mereka.

Mengusung ide yang tak biasa, Lab and Loud membawa sesuatu yang berbeda dari acara musik sebelumnya. Jika biasanya gigs hanya menggunakan satu panggung yang menampilkan 3-5 band di waktu yang sama, kali ini kami menawarkan pengalaman yang lebih dinamis. Dua panggung yang saling berdampingan dan saling berganti tampil dalam sistem “ON/OFF”, di mana satu panggung menyala, sementara yang lainnya mati, dan sebaliknya. Konsep ini memberi kebebasan bagi penonton untuk menikmati dua pengalaman berbeda tanpa merasa terhalang oleh antrian atau keramaian yang berlebihan.

Barmy Blokes Live at Lab and Loud, 29/9/24. Foto oleh: Dufan

Sekitar 400 orang, yang sebagian besar adalah penggemar musik indie dan alternatif, hadir dengan antusiasme tinggi. Mereka datang untuk merasakan atmosfer baru yang ditawarkan Lab and Loud, dan tidak mengecewakan (keliatannya). Penonton, yang beragam dari kalangan, tampak menikmati aliran musik yang berganti-ganti dari dua panggung yang ada. Ini adalah sebuah pengalaman baru yang mengedepankan kebebasan memilih dan mengapresiasi musik dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya di Solo.

Di sisi panggung, band-band yang tampil juga merasakan keunikan konsep ini. Ada Trees, yang memulai dengan alunan musik yang penuh melodi dan ekspresi. Lalu ada Breez band asal Sukoharjo yang menawarkan nuansa dreamy yang menenangkan sebelum panggung lainnya berganti dengan energi penuh dari Barmy Blokes. Kehadiran Man Osman membawa sedikit kehangatan dengan suara khas yang penuh melodi emosional, sementara Tossing Seed menaikan dinamika acara kembali lewat lantunan musik Indie Pop mereka, dan terakhir, Soloensis, band lokal yang tak kalah seru dengan penampilan enerjik yang membangkitkan semangat membara penuh cintah hingga akhir acara.

Tossing Seed Live at Lab and Loud, 29/9/24. Foto oleh: Dufan
Traffic Jam Live at Lab and Loud, 29/9/24. Foto oleh: City of Laboratory

Setiap band beradaptasi dengan konsep panggung ganda ini, meresapi ide liar yang ditawarkan oleh City of Laboratory. Tentu saja, bagi para musisi, tampil dalam atmosfer yang mengizinkan mereka untuk berbagi ruang dengan band lain tanpa merasa “terhenti” oleh alur acara yang biasa menjadi tantangan tersendiri.

Konsep panggung ganda bukan hanya sekedar teknis, tetapi juga menghadirkan sebuah bentuk kolaborasi antar musisi dan penonton. Penonton tidak hanya menonton satu band pada satu waktu, tetapi juga bisa berpindah-pindah, mendalami dua aliran musik yang berbeda dalam satu waktu. Ini menciptakan atmosfer yang benar-benar baru bagi mereka yang hadir di Lab and Loud.

Kami harap ini menunjukkan bahwa kolaborasi, inovasi, dan keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru sangatlah penting dalam perkembangan musik lokal.