“Nangis bareng aja gak sih kita?!?”, ujar beberapa orang saat poster showcase spesial GAHBM atau Girl and Her Bad Mood mengudara di linimasa. Kali ini, mereka kembali ke Solo dengan membawakan album pertama mereka yang telah rilis bulan September yang lalu. Sejak kelahirannya dari tahun 2018, GAHBM baru merilis album penuh mereka tahun ini. Sebelumnya, mereka hanya meluncurkan single dan EP saja. Seolah tidak ingin tergesa dalam proses kreatifnya, mereka memilih untuk memperkenalkan satu per satu single yang telah tercipta. Strategi tersebut bisa dibilang berhasil. Beberapa rilisan awal mereka sempat menghiasi jagat maya dan menggema di beberapa sudut kota.
Setelah merasa sudah cukup puas dengan euforia atas melambungnya “By Your Side”, mereka berlanjut menggetarkan para pemilik jiwa yang bersedih dengan meluncurkan sebuah album baru berisikan 12 nomor yang bertajuk, “Pop Songs, Sad World”. Album itu lahir membawa sebuah misi khusus yakni menjawab perasaan-perasaan manusia yang mulai membiru karena tak kunjung diutarakan. Semua perasaan aneh tentang cinta, ketakutan, kecemasan, kesedihan dan banyak hal yang mengitarinya dirangkum menjadi satu dalam musikalitas yang lebih nge-pop dibanding sebelumnya. Solo menjadi salah satu kota spesial yang mereka singgahi untuk memperkenalkan karya monumentalnya, setelah Yogyakarta.
Dengan menggandeng City Of Laboratory, album “Pop Songs Sad World” dibawakan dalam gelaran bertajuk “The Blue Evening”. Sebuah ruang emosional yang hadir di antara cahaya dan gelap. Ruang intim yang mengakumulasi perasaan-perasaan tak terejawantahkan. The Blue Evening yang digelar pada awal November 2025, juga kembali menghadirkan sesi Laboratory Talks. LabTalks kali ini menghadirkan dua narasumber yaitu Bima dari GAHBM dan Wiki dari Barmy Blokes.

Melalui tema, “Mengemas Kecemasan menjadi Karya”, LabTalks berusaha mempertemukan dua sosok musisi lintas genre yang sama-sama berangkat dari perasaan cemas terhadap lika-liku kehidupan sosial yang kemudian diterjemahkan dalam sebuah karya. Bima dari Girl and Her Bad Mood dengan pop alternatifnya mencoba merekam kecemasan eksistensialis masa muda yang penuh dengan ketakutan akan kegagalan, kehilangan arah, hingga upaya menemukan jati diri dalam album barunya. Sedangkan, Wiki dari Barmy Blokes dengan musik garage rock-nya yang mentah dan penuh ledakan mencoba merangkum keresahan terhadap kebosanan dengan realitas, sindiran terhadap gaya hidup, dan dorongan untuk bangkit dari keterpurukan dalam beberapa karya mereka serta album yang akan dirilis dalam waktu dekat ini. Dalam Labtalks ini, keduanya saling bertukar pandangan tentang bagaimana sebuah keresahan hidup dapat direpresentasikan menjadi sebuah karya yang menemani hidup keseharian banyak orang dengan beragam responnya.

Selepas perbincangan hangat di atas panggung LabTalks, The Blue Evening dibuka dengan mempersembahkan dua musisi yaitu Femm Chem dari Semarang dan Car Crash Coma dari Solo. Kehadiran kedua band tersebut turut menjembatani perasaan tak karuan akan kegelisahan dalam hidup yang diutarakan melalui musikalitasnya masing-masing. Dengan pembawaan yang sama-sama emotive, keduanya menjadi pembuka jalan yang sesuai untuk penampilan GAHBM membawakan “Pop Songs, Sad World” pada malam itu.
Meskipun gelaran The Blue Evening merupakan showcase spesial dari album “Pop Songs, Sad World”, GAHBM tetap membawakan beberapa single yang terlebih dahulu populer seperti, “By Your Side”, “Daydreaming”, “Graduation Song”, dan “Trapped In A Frame”. Pilihan set ini tentu bisa mengobati kerinduan kawan-kawan di Solo terhadap GAHBM yang sudah selang beberapa tahun belum unjuk gigi lagi di kota ini.

“an introduction to the Sad World”, dibawakan sebagai pembuka penampilan GAHBM. Pendengar seolah diajak memasuki sebuah ruang hampa, gelap tak bercahaya yang menyiratkan bahwa babak baru perjalanan hidup penuh lika-liku akan segera dimulai. Selepas lagu tersebut dibawakan, “High Tide” langsung menyambar melalui vokal lembut Jane Maura.
“Im on the cliff side of the sea. The Waves are passing me. Frightened me slowly.”
Sebuah bait pengakuan akan sebuah ketakutan yang sedang dialaminya. Menyentuh hati yang kosong, namun dengan ribuan pertanyaan yang bersarang di kepala para pendengar. Samar-samar beberapa penonton ikut melafalkan larik-larik lagu tersebut dengan perlahan.
Dalam showcase ini, GAHBM membawakan 14 lagu yang mereka tuntaskan hingga menjelang larut malam. Saat dilantunkannya nomor terakhir “forced a smile (i will always)”, rupanya hampir semua penonton sudah hafal dengan karya baru ini. Mereka melantunkan tiap baitnya dengan hati yang berat. Sebuah penutup yang membekas di benak tiap orang. Tanpa aba-aba dari Jane Maura maupun Bima Geraldi, penonton melantunkan lagu baru mereka dengan tenang, namun dengan perasaan yang bercampur aduk.

Semua orang tersenyum malam itu. Sulit rasanya menggambarkan kejadiannya dalam tulisan ini. Ada sesuatu yang hangat sekaligus sendu di udara. Setiap nada dan lirik menjadi jembatan antara panggung dan hati para pendengarnya. Lampu-lampu panggung perlahan meredup, namun suasana justru terasa semakin hidup. Ditambah dekorasi kebun bunga kecil di atas panggung hasil karya Saafleur, menambah representasi visual dari karya yang diekspresikan oleh GAHBM. Usai lagu terakhir dimainkan, beberapa penonton masih berdiri mematung, enggan beranjak dan tersenyum kecil sambil menghapus air mata.
Malam itu menjadi ruang pertemuan emosional, di mana kesedihan, harapan, dan ketakutan berpadu dalam harmoni. Harmonisasi semacam itu yang akan terus diusahakan untuk hadir di panggung-panggung City Of Laboratory selanjutnya.


