Sorot lampu panggung yang menyilaukan bertemu dengan bising yang memekakkan dari alat-alat musik. Menghasilkan distorsi-distorsi sebagai pengiring dinginnya malam. Orang-orang berbisik dan saling sapa. Ada yang datang sendiri, ada juga yang bergerombol. Namun, kedatangan mereka saling bersinggungan. Merayakan bersama dinginnya malam hari dengan menghadiri gelaran “The Cracked Teeth Klab” di 1999 Social.
The Cracked Teeth Klab diinisiasi oleh City Of Laboratory, beberapa hari setelah suksesnya showcase dari Jirapah, The Planetarium. Dalam sebuah ruangan yang tak begitu luas, orang-orang berdatangan silih berganti. The Cracked Teeth Klab digelar dua hari pada tanggal 6 Agustus dan 12 Agustus 2025 di 1999 Social. Gigs dua hari tersebut mengusung sepuluh penampil dengan latar belakang yang beragam. Dalam menghelat gelaran ini, City Of Laboratory berusaha menampung gairah dari anak muda yang haus akan stage diving, crowd surfing, dan aksi-aksi penuh semangat lainnya. Semua permintaan itu terjawab dengan gigs sepekan sekali yang diadakan dalam gelaran ini.
Pre-Gigs Version of The Cracked Teeth Klab
Pada 6 Agustus 2025, pre-gigs version dari The Cracked Teeth Klab digelar dengan mengundang beberapa bintang muda. Dengan memanfaatkan sudut ruangan dari 1999 Social, para laboran dari City Of Laboratory seakan tidak kehabisan ide untuk terus menghadirkan suasana baru dalam tiap perayaan yang digelar. Dengan set panggung yang sederhana dan hanya beralaskan karpet saja, para penonton dapat merasakan keintiman dari pre-gigs version malam itu. Hari pertama dibuka oleh penampilan dari Cody and The Real Life atau CTRL. Sekumpulan pemuda dari Wonogiri yang membawakan romance modern-rock. Sebulan sebelumnya, mereka baru saja merilis single baru berjudul, “Get Ready With Me” dengan menggandeng Puppyfurr, vokalis dari Breez. Ini merupakan panggung pertama dari CTRL setelah sekian lama hanya terdengar dari balik platform musik saja. Akhirnya pada malam itu, penonton dapat menyaksikan CTRL secara langsung menampilkan single andalannya yaitu, “I Write Song for You Again (Just Wanna Meet You)”.
Usai penampilan CTRL, hadir pula band yang sudah hadir di tengah skena musik Solo dalam waktu yang cukup lama, Pathetic Waltz. Dapat diketahui, nama band mereka terinspirasi dari salah satu karya Pure Saturday dengan judul yang sama. Malam itu, penonton mendendangkan bersama single “Laut (Pulang)” dari Pathetic Waltz. Sepanjang penampilannya, mata penonton juga tertuju pada bendera yang ditalikan di drum bertuliskan, “MULAILAH DARI RUMAH KITA SEKARANG/SETERUSNYA”. Sebuah kampanye kecil yang diserukan oleh Pathetic Waltz dalam tiap suguhan penampilannya.
Selain penampilan dari dua band di atas, malam itu juga diramaikan oleh tiga band lain yang tampil tak kalah memukau. Ada Trees, unit post-melancholy rock asal solo yang merepresentasikan kekhawatiran dalam kehidupan seperti transisi dari kegelapan menuju cahaya terang dalam tiap karya mereka. Ada juga sekumpulan muda-mudi yang datang jauh dari Lombok, Little Mascara. Unit ini merupakan project yang menampilkan drummer dari The Dare, Desita tampil di depan panggung sebagai vokalis. The Cracked Teeth Klab menjadi salah satu titik dari tur di Jawa yang sedang mereka lalui. Penampilan terakhir malam itu ditutup oleh Mess In Balance. Unit musik cadas dari Solo itu menutup penampilan dengan memukau. Di akhir set, mereka menghadirkan penampilan spesial dengan membawakan “War Pigs” untuk mengenang karya-karya dari Ozzy Osbourne. Dalam set itu, mereka berkolaborasi dengan Kemal Fadhillah dan Arkan Abadi di posisi bassist dan gitaris.
The Cracked Teeth Klab!
City Of Laboratory kembali lagi! Dengan amunisi yang sudah terisi kembali, para laboran kembali lagi untuk menuntaskan gelaran The Cracked Teeth Klab pada 12 Agustus 2025 di 1999 Social. Kali ini, lebih banyak lagi keseruan yang tercipta dari awal hingga acara puncak. The Cracked Teeth Klab menghadirkan panggung penuh gairah, Labxhibition, dan beberapa aktivasi seru lainnya. Labxhibition kali ini diisi oleh perupa muda dari Solo, Yudha dan Sena Baskara. Dalam Laxhibition kali ini ada karya menarik dari Sena Baskara. Dengan membawa tema “Cetak Lantang!” Sena mengemas pemikirannya terhadap spirit D.I.Y atau Do It Yourself dalam bentuk visual dua dimensi dengan teknik reproduksi manual. Menggunakan teknik cukil di atas papan kayu dan karet linoleum yang kemudian dialih mediakan ke kertas Concord 300gsm, dia menyajikan tiga karya yang masing-masing berjudul, “Self Distribute!” “Print! (For Next Show),” “3S,” “Express Yourself,” dan “Viva Zine!”. Kehadiran karya visual tersebut di tengah gelaran The Cracked Teeth Klab, semakin mempertebal nilai yang ingin dibawa para laboran City Of Laboratory untuk menghidupkan kota melalui tangan-tangan kreatif yang sering terlewatkan dari sorotan masyarakat publik.
Malam itu hujan sempat turun beberapa menit sebelum acara dimulai. Namun, para penonton tetap antusias menghadiri The Cracked Teeth Klab yang mungkin sudah mereka tunggu jauh-jauh hari. Memasuki area 1999 Social, penonton dapat menyaksikan Labxhibition dan booth aktivasi dari beberapa sponsor. Kemudian, menyusuri lorong menuju panggung utama yang disulap sedemikian rupa oleh tangan-tangan kreatif para laboran. Mendekati dibukanya The Cracked Teeth Klab oleh penampilan pertama dari Barmy Blokes, penonton berduyun-duyun memasuki ruangan. Menunggu penampilan dari Barmy Blokes dan Catzy sembari menghangatkan diri karena di luar turun hujan yang lumayan deras.
Barmy Blokes, rock entut berut dari Surakarta membuka penampilan dengan meriah. Lagi-lagi dengan spontanitasnya yang jenaka, vokalis Barmy Blokes membuat penonton tertawa sepanjang penampilan mereka. Seperti biasanya, Barmy Blokes berhasil memanaskan pit dan menyalakan energi penonton untuk selanjutnya ditumpah-ruahkan di penampilan kedua, Catzy.

Catzy! Penampil kedua di The Cracked Teeth Klab. Live and Loud! layaknya nama album mereka, malam itu Catzy tampil memukau dengan energi yang meletup-letup. Datang jauh dari Pekalongan, Catzy yang dipunggawai oleh Shofia di vokal, Maruf di gitar, Syauqi di bass, dan Hakim di drum, hadir di tengah-tengah kerumunan membawa sekumpulan energi untuk dilepaskan malam itu. Selain dua unit di atas, tersisa tiga penampilan selanjutnya.

Salah satunya adalah Davy Jones, unit street rock dari Samarinda yang turut memperkenalkan diri mereka. Bertandang jauh ke luar daerah mereka, Davy Jones tampil dengan optimis dan menggila. Datang bersama Murphy Radio, Davy Jones datang dengan segudang harapan. Mereka berharap dengan adanya The Cracked Teeth Klab ini dapat menjembatani band-band dari luar Jawa untuk ikut menyemarakkan skena musik di pulau ini.

Sebelum hidangan utama disajikan, terlebih dulu The Skit membuka panggung dengan cara yang tak biasa. Alunan terompet khas Ponorogo menembus di sela-sela kerumunan, seolah memanggil arwah tradisi untuk ikut menari bersama malam. Dengan latar belakang yang nyeni, mereka merajut benang antara kesenian dan musik kekinian, menghadirkan percampuran liar yang segera meletup di tengah panasnya panggung. “Habis Sudah” menjadi pemantik yang mendorong penonton untuk crowd surf, melompat, dan hanyut dalam arus kegembiraan yang tak terbendung. Dhuta, sang pentolan, memimpin kekacauan ini dengan energi yang meledak-ledak. Saat malam mulai larut dan menuntut sebuah penutup, The Skit memilih “Cherry,” lagu rock cengeng yang tiba-tiba menjelma lembut, dibalut suara dari Shofi vokalis Catzy. Dari teriakan liar menuju lirih yang manis, The Skit menutup pintu dengan cara paling dramatis. Meninggalkan jejak riuh sekaligus getir di hati penonton.

Tibalah pada sajian utama malam itu, Murphy Radio. Setelah terakhir bertandang ke Solo pada tahun 2016, mereka kembali lagi dengan membawa sebuah perayaan tujuh tahun kelahiran album “self-titled,” yang kini menjadi poros dari tur mereka. Begitu petikan gitar dan alur bass yang catchy mulai mengalir, penonton segera hanyut dalam gelombang mathrock penuh energi, seakan tubuh dipandu oleh nada dengan pola yang tak pernah benar-benar jinak.
Di nomor “Gracias,” Murphy Radio mencoba membuka sebuah ruang syukur, mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama memberi selamat atas perjalanan panjang mereka. Perjalanan yang tak hanya dimiliki band, tapi juga para pendengar yang tumbuh bersamanya. Penampilan ditutup oleh “Graduation Song”. Pecah dalam sing along massal. Sebuah klimaks yang bukan sekadar akhir, melainkan selebrasi kebersamaan. Band dan penonton, menyatu dalam satu suara. Kehadiran Murphy Radio di Solo dirayakan penuh sukacita oleh para pendengarnya. Sayang sekali, tim Web The Lab belum dapat menjembatani rasa penasaran penonton terhadap Murphy Radio dengan melakukan wawancara eksklusif seperti biasanya. Mengingat para pemain Murphy Radio masih harus menyimpan banyak energi untuk dapat berkunjung ke titik tur lainnya di beberapa kota yang ada di Jawa. Malam itu, Murphy Radio dan band lainnya tampil dengan performa maksimal merayakan The Cracked Teeth Klab. Sampai jumpa di Laboratory Stage berikutnya!


